Langsung ke konten utama

WABAH CORONA : MOMENTUM KEBANGKITAN EKONOMI SPIRITUAL SEBAGAI MAINSTREAM PEREKONOMIAN INDONESIA


Jakarta, SKJENIUS.COM.- Masya Allah 🙏 Makin hari makin terasa, betapa dahsyatnya wabah coronavirus mengguncang dunia. Virus Corona menjadi musuh sekaligus kecemasan seluruh masyarakat dunia. Bukan hanya mengancam kesehatan fisik, namun Pengaruh virus Corona sudah merambat sangat cepat ke perekonomian global secara umum dan Indonesia. Bahkan, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), dampak ekonomi wabah virus corona bisa lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya. Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi bisa turun menjadi yang terburuk sejak 2009.

Sementara itu, banyak pakar ekonomi yang menyatakan Ngerinya Dampak Corona ke Ekonomi RI. Pasalnya mereka memprediksi,  Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup sulit, tak hanya bagi Indonesia tetapi juga untuk negara-negara lain di dunia. Bagaimana tidak, harapan adanya perbaikan ekonomi di tahun ini pasca kesepakatan perdagangan fase satu antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang menghentikan sementara perang dagang antara kedua negara seolah tenggelam dan muncul berbagai KETIDAKPASTIAN baru akibat munculnya wabah virus corona atau yang dikenal dengan coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Ya..Kata kunci dari krisis COVID-19, yang telah melanda hampir seluruh dunia dan membawa konsekuensi berat bagi populasi, sosial, politik, budaya, peribadatan, spiritualitas dan ekonomi negara, adalah KETIDAKPASTIAN.

IMF baru-baru ini menerbitkan Indeks Ketidakpastian Dunia untuk 143 negara sejak tahun 1996 dan seterusnya. Indeks ini disusun dengan menghitung berapa kali istilah 'ketidakpastian' disebutkan sehubungan dengan istilah 'pandemi' atau 'epidemi' dalam laporan negara Economist Intelligence Unit (EIU). Studi ini mengungkapkan bahwa coronavirus dikaitkan dengan tingkat ketidakpastian tertinggi dalam konteks ekonomi sejak indeks mulai merekam data.

Namun demikian, Alhamdulillah dibalik KETIDAKPASTIAN, justru ada satu KEPASTIAN, yakni di seluruh dunia, anti-kapitalis saat ini dipersatukan dengan harapan bahwa krisis yang dilepaskan oleh coronavirus pada akhirnya dapat menandai akhir dari kapitalisme yang telah lama ditunggu-tunggu.

Pasalnya, selama ini, Sistem Perekonomian Dunia didominasi oleh Kapitalisme Amerika dan Sekutunya. Perekonomian yang berbasiskan RIBA itu telah banyak menyengsarakan negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Kapitalisme adalah derivat ideologi sekularisme yang telah terbukti membawa dunia pada jurang kehancuran, yag kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin terjepit.

Tapi, entahlah, bagaimana sikap pemerintah dan sebagian besar rakyat Indonesia. Apakah sebagai Rakyat di Negara yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ini, mereka menyadari bahwa Wabah Coronavirus, sesungguhnya adalah Pesan Spiritual dari Allah, sekaligus teguran agar Indonesia keluar dari dari Cengkeraman Materialisme Kapitalis dan Menghindar dari Jebakan Utang (Debt trap)
Cina Sosialis Komunis.

Sebagaimana kita ketahui selama ini, Utang pemerintah Indonesia telah mencapai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah per Februari 2020 mencapai Rp 4.948,18 triliun. Kesemuanya itu adalah Utang RIBA yang berbunga tinggi. Seiring dengan itu, sebagian besar rakyat pun hidup dalam belitan Utang Riba, entah itu Kredit Motor, Kredit Rumah, Kredit Modal Kerja dan Kartu Kredit. Wallahua'lam🤦‍♂️

Sementara itu, di Amerika Serikat, Inggris Raya, Perancis atau Jerman, intelektual anti-kapitalis di mana-mana mengeluarkan argumen yang sama: mereka sebelumnya berharap bahwa krisis keuangan global 2008 akan memicu runtuhnya sistem kapitalis. Tetapi saat itu, setidaknya sesuai dengan garis pemikiran mereka, kapitalisme dan neoliberalisme berhasil menyelamatkan diri mereka sekali lagi. Kali ini, mereka mengklaim, itu bisa — dan harus — berbeda.

Sungguh, virus Corona (Covid-19) secara serius mengguncang semua rezim, khususnya di Barat yang kapitalis. Hal ini telah menurunkan tingkat suku bunga dan harga minyak yang disimpan Amerika di atas lima puluh dolar. Sebab hal itu memiliki dampak yang sangat mengejutkan pada ekonomi dunia, dan dampaknya masih terus meningkat.

Virus Corona (Covid-19) menunjukkan bahwa sistem kapitalis adalah sistem yang sangat lemah dan sangat tidak stabil. Bahkan, karena virus Corona (Covid-19), di Amerika, yang dianggap ekonomi paling kuat di dunia, Trump harus berdiri lebih dari setengah jam dengan para asistennya untuk meyakinkan publik dengan berbohong. Karena sistem mereka, tidak diragukan lagi, tidak ubahnya sarang laba-laba, sebagaimana firman Allah subhānahu wa ta’āla :

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS al-Ankabūt [29] : 41).

Virus Corona (Covid-19) menunjukkan bahwa jebakan yang dilakukan oleh semua kaum kafir, terlepas dari sisi mereka, akan gagal sepenuhnya dalam menghadapi kekuatan dan kekuasaan Allah subhānahu wa ta’āla. Sebab Allah subhānahu wa ta’āla memiliki pasukan yang terlihat dan tidak terlihat di bumi dan di langit. “Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Fath [48] : 7).

Mereka yang mencoba menyebarkan ketakutan dan keputus-asaan di hati umat Islam, dan agar tertarik pada kaum kafir, khususnya ke Amerika, di mana Amerika sebagai negara adidaya, yang mengendalikan segalanya, serta memiliki senjata ringan dan berat, kini mereka harus melihat pemilik otoritas dan kekuatan yang sebenarnya Tidak Berdaya menghadapi pandemi coronavirus.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai anak bangsa yang Berketuhan Yang Maha Esa, marilah Kita Jadikan, Pandemi Covid-19 ini, sebagai Momentum PERTOBATAN, kembali ke Jalan-Nya. Mari kita jadikan Teguran Allah ini sebagai Titik Balik (Turning Point) untuk kembali ke Jati Diri Bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Keluarlah dari Cengkeraman KAPITALISME yang bergelimang RIBA dan hindari Jeratan Utang (Debt trap) Cina Sosialis Komunis. Yuk..kita bangun dan kembangkan Sistem Ekonomi Spiritual yang berbasiskan Budaya Gotong Royong dan Kearifan Tasawuf Transformatif dan Sains Islam Modern serta dipadukan dengan Sains Islam Modern.

Insya Allah, Sistem Ekonomi Spiritual akan bangkit menjadi Mainstream Perekonomian Nusantara. Ekonomi Spiritual adalah sebuah sistem ekonomi yang berbasiskan spritualisme atau agama dan Pancasila, sehingga dari spiritual tersebut melahirkan tata perekonomian yang juga melibatkan norma dan moral sekaligus, dalam tataran pelaksanaan perekonomian bangsa dan negara.

Dengan demikian Ekonomi Spiritual juga menjadi bagian dari aliran ekonomi normatif, yakni sebuah aturan ekonomi yang menghendaki dalam setiap transaksi ekonomi dikutsertakan nilai-nilai moral dan etika yang juga memiliki artian melibatkan aturan-aturan Allah sebagai pengawas dalam tata pelaksanaan ekonomi tersebut.

Insya Allah, pasca pandemi corona, Sistem Ekonomi Spiritual akan tampil mengemuka sebagai jawaban atas kegagalan dari sistem ekonomi positif atau konvensional (kapitalis-neoliberal) yang berkembang pesat semenjak abad 18 dan 19. Ekonomi spiritual telah menjadi antithesa bagi aliran ekonomi positif. Terlebih semenjak memasuki abad 21 ekonomi spiritual sudah berkembang pesat kembali dan bersiap mereposisi mainstream perekonomian global secara perlahan tapi pasti. (az)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

LURUSKAN NIAT, NIKMATI SUKSES DAN HIDUP SEJAHTERA👍

Aby Zamri * Jakarta, JENIUSLINE.- Saudaraku  ❤  Mungkin Anda termasuk diantara mereka yang ingin meraih  sukses  dan hidup  sejahtera . Namun tak usah Anda kecewa, jika kehidupan ini tak seindah ceramah para ustadz selebritas dan juga tak seglamour cerita sinetron Korea.  Bahkan, Lead Economist for Indonesia dari World Bank Frederico Gil Sander menyebutkan, kondisi perekonomian global yang tak menentu akibat ketegangan perdagangan internasional berimbas pada melambatnya penggerak pertumbuhan domestik Indonesia. Jadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan kondisi di tahun ini. Dari data kajian Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), pertumbuhannya diperkirakan berada di kisaran 4,85%-5,1%. Meski demikian, angka itu tak mudah diraih. Apalagi kondisi global sedang tak menentu dengan terjadinya perang dagang antara AS-China dan gejolak geopolitik di sejumlah kawasan. Dalam mengh...

PT. CITRA SAMUDERA RAYA : “TERBUKA PELUANG BESAR MENJADI PELAUT INTERNASIONAL”

Jakarta, JENIUSLINE.- Memasuki tahun 2020, Indonesia berpeluang merebut kebutuhan tenaga pelayaran internasional, khususnya kapal penumpang dan perikanan dalam jumlah yang cukup besar bilamana pemerintah memberikan dukungan dengan mendatangkan tenaga pendidik profesional di bidang tersebut.  Saat ini, pekerjaan di dalam negeri terbatas, penggajian juga tidak memadai. Sementara itu, kesempatan bekerja di kapal asing  terbuka lebar  dan penggajian pelaut di luar negeri jauh lebih baik. Karena itu, pemerintah perlu  memfasilitasi  serta memberi kemudahan kepada perusahaan pengerah tenaga kerja pelaut ( Recruitment Crewing Agency )  dan  mendukung   calon ABK yang ingin memperoleh kerja di luar.  Demikian disampaikan Direktur Umum dan Operasional PT. Citra Samudera Raya (CSR), Masrul Chaniago, S.Sos kepada wartawan seputar perlunya kerjasama Pemerintah dan Perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang ...