Cikarang, SKJENIUS.COM.- Sistem Ekonomi yang berada dalam Cengkeraman Kapitalis dan bergelimang Riba, ternyata sangat rentan dihantam badai pandemi covid-19. Belum lagi, Utang Luar Negeri yang makin membengkak sampai Rp 6.376 Triliun membuat perekonomian Indonesia semakin sulit bergerak. Seiring dengan itu, Jebakan Utang (debt trap) Cina Sosialis pun, sangat gencar menancapkan kukunya di Bumi Nusantara. Sedangkan, Kebijakan Pemerintah nampaknya Belum berpihak kepada kaum Buruh dan Masyarakat Adat, kesemuanya itu, tentu saja semakin melemahkan posisi Umat dalam Politik dan Ekonomi.
Demikian terungkap dalam Diskusi Bertajuk “Virus Politik di Balik Corona” yang diselenggarakan Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu (PNB) di Pendopo Al-Hikmah, Cikarang, Jawa Barat. “Karuan, Kesenjangan Sosial makin Melebar. Apalagi dampak hantaman Badai Pandemi Corona telah membuat Ekonomi Makin Merosot, PHK di mana-mana, pengangguran makin meningkat, orang miskin tambah banyak, dunia bisnis UKM pun rontok satu persatu,” tambah Sekretaris Dewan Perancang PNB, Khairul Hikmatullah Zamri, SH.
Menurut Khairul Hikmatullah, sangat disayangkan, di tengah penderitaan rakyat akibat dampak PSBB dalam upaya mencegah penyebaran virus Corona, nampaknya Para Senator yang terhormat sebagai utusan daerah di DPD belum ada kiprahnya di tengah masyarakat. Demikianlah juga para Wakil Rakyat di DPR pun, jangan datang menjenguk rakyat yang sedang ditimpa musibah, suaranya pun tidak. Entah Kemana rakyat miskin akan mengadu⁉️
“Sangat Ironis, di tengah kesedihan masyarakat menghadapi pandemi virus corona yang berujung pada persoalan ekonomi dan sosial semestinya para elite politik di Pusat dan daerah ikut pula bahu membahu membantu warga menghadapi persoalan kemanusiaan. Bukan sibuk dengan urusannya sendiri. Harusnya mereka blusukan mendatangi rakyat di Daerah Pemilihannya masing-masing,” tandas Sekretaris Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu.
“Para elite politik jangan hanya mencari dukungan pada perhelatan pilkada atau pemihan legislatif saja. Tunjukkan diri dan hilangkan kesan “jual sabun citra” hanya pada perhelatan pemilu saja. Pada situasi pandemi corona ini paling tidak elite parpol tampil sebagai pemberi solusi, bukan acuh tak acuh dengan jeritan rakyat yang diwakilinya,” tegas Masrul.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA), Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman mendukung penuh rencana Pembentukan Partai Nusantara Bersatu. Pasalnya, kata Kyai Ageng, masa depan politik Islam masih remang-remang, partai politik yang kualitasnya dapat dilihat dari sikap dan kepedulian para politisinya dalam menghadapi wabah corona saat ini.
“Partai Nusantara Bersatu lahir dari kegelisahan batin Umat atas ketidak-adilan yang ada agar bisa memberikan masukan dan usulan agar Indonesia bisa lebih baik. Semoga kehadiran Partai Nusantara Bersatu dapat merespon kondisi kebangsaan kita hari ini. Sebab, memasuki 21 tahun reformasi, belum banyak perubahan bisa dirasakan langsung masyarakat,” kata Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah itu.
Kyai Ageng Mengingatkan, kelemahan parpol yang berbasiskan Umat saat ini semakin suram ideologinya. Pasalnya di Indonesia, partai-partai Islam sudah lama menjadi sangat moderat, bahkan bisa dikatakan tak ada perbedaan ideologi yang diperjuangkan antara partai Islam dan bukan Islam.
“Jika dahulu partai politik benar-benar tersegregasi berdasarkan ideologi, kini partai politik menjadi sangat cair, bahkan pragmatis tanpa basis ideologi yang jelas ketika satu politisi dengan mudah loncat dari satu partai ke partai lainnya saat kepentingan politiknya tidak terakomodasi. Jadi dapat dikatakan tak lagi Parpol yang mempunyai Ideologi yang kuat,” kata Kyai Ageng.
Selain itu, kata Kyai Ageng Parpol yang ada juga miskin inovasi. Padahal, Inovasi merupakan keharusan bagi pergerakan Politik saat ini, agar tidak tertinggal oleh kereta kemajuan zaman. Pilihan di hadapan kita hanya: berinovasi atau mati!
“Semoga Partai Nusantara Bersatu mempunyai inovasi yang brilian dalam berpolitik dan membangun Sistem Ekonomi Baru Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan Nilai-nilai Luhur Budaya Nusantara yang disenyawakan dengan Sains Islam Modern. Kita harus lepas dari Cengkeraman Kapitalis yang Berbasis Riba dan jangan sampai terjerat jebakan hutang Cina Sosialis Komunis,” pungkas Kyai Ageng. (az).
Komentar
Posting Komentar