REVITALISASI DAN AKTUALISASI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS DAN SPIRITUALITAS DALAM BISNIS, UPAYA MEWUJUDKAN EKONOMI KEUMATAN
Jakarta, JENIUSLINE.- Mungkin tidak banyak diantara kita yang menyadari bahwa sistem ekonomi yang mendominasi dunia saat ini adalah Peradaban Barat, yaitu kelompok sekuler yang memisahkan urusan ekonomi dengan nilai-nilai religiusitas yang transenden sebagaimana paham kapitalisme dan sosialisme. Sumber pokok ajarannya adalah sains yang merupakan produk Pikiran manusia.
Peradaban Barat sebagaimana ditulis oleh sejarawan Marvin Perry, adalah sebuah peradaban besar, tetapi sekaligus sebuah drama yang tragis (a tragic drama) . Peradaban ini penuh kontradiksi. Satu sisi, ia memberi sumbangan besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membuat berbagai kemudahan fasilitas hidup, tapi pada sisi lain peradaban ini memberi kontribusi yang tidak kecil kepada penghancuran alam semesta. Hal itu dikarenakan barat menyandarkan peradabannya hanya berdasarkan pada rasio dan panca indera, jauh dari wahyu dan tuntunan Ilahi.
Secara realitas, dalam implementasinya, sistem Ekonomi yang berdasarkan paham sekuler mengandung banyak kelemahan sebagaimana yang banyak dikemukakan para pakar. Seperti munculnya kesenjangan dan rasa ketidakadilan yang merugikan masyarakat. Agar kondisi seperti ini tidak berkelanjutan, maka perlu dicarikan solusinya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas Manajemen Samudera Group berupaya melakukan Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-nilai Religiusitas dalam kegiatan bisnis, sebagai langkah Awal dalam upaya Mewujudkan Ekonomi Wasathiyah yang Berkeadaban. Sejak satu setengah tahun lalu, Manajemen Samudera Group bekerjasama dengan Spiritual Business Consultant dalam mengembangkan Bisnis berbasiskan Manajemen Ilahiyah.
Insya Allah, kami menyadari sepenuhnya bahwa masalah Ekonomi, Bisnis dan Keuangan tidak boleh lepas dari norma spiritual yang bersumber dari ajaran wahyu, yakni Alquran dan Sunnah. Untuk itu, kami melakukan rekayasa manajemen organisasi yang mampu membimbing para personel dalam aktivitasnya selalu INGAT dan TAAT kepada Allah Swt. MANAJEMEN ILAHIYAH sebagai satu produk rekayasa manajemen akan mampu menanggulangi krisis moral spiritual para personel karena dalam aktivitas Manajemen Ilahiyah terjadi proses bimbingan yang selalu mengarahkan personel untuk selalu ingat dan taat kepada Allah Swt.
Manajemen Samudera Group berpandangan, bagaimanapun aktivitas ekonomi dan dunia kerja tidak boleh lepas dari nilai-nilai spiritual yang transenden yang bersumber pada ajaran Islam. Untuk itu, Chairman Samudera Group, KGPH Eko Gunarto Putro dan para Konselor dari Spiritual Business Consultant sepakat bahwa aspek Keilahiyan (uluhiyyah- rububiyyah-tawhid) merupakan sumber nilai yang paling asasi yang dapat membimbing manusia sesuai ketentuan-Nya.
Islam mengajarkan dalam aktivitas ekonomi terkandung dimensi duniawi dan ukhrawi, dimensi materiil dan spiritual (sebagai ibadah, Adz- Dzaariyaat, 51:56). Selain perlu saling melindungi antara produsen dengan konsumen, antara majikan dengan buruh. Inilah gambaran nilai-nilai dalam Islam yang perlu menjadi poros kekuatan ekonomi wasathiyah (Al-Qashash,28:77; Al-Ma’arij,70:2425) yang perlu direvitalisasi dan diaplikasikan dalam aktivitas ekonomi agar rasa keadilan berekonomi bisa terwujud di era global ini.
Dalam melaksanakan Syari’ah Islam, kita memang harus memadukan antara Spiritual, Ritual dan Aktual. Penggalan kata spiritual adalah spirit+ual. Spirit mengandung arti semangat, kehidupan, pengaruh, antusiasme, spiritus itu bahan bakar dari alkohol, dan minuman anggur itu disebut sebagai spirit atau minuman yang memberi semangat. Spirit sering diartikan sebagai ruh atau jiwa. Jadi arti kiasannya adalah semangat atau sikap yang mendasari tindakan manusia. Ritus menjadi simbol ketaatan individual. Sedangkan aspek aktualmerupakan pancaran yang ingin dicapai dengan pelaksanaan ritus itu. Yakni memperoleh pengaruh-pengaruh setelah kita membiasakan diri, lalu menggali makna di balik perintah-perintah tekstual.
Dengan demikian, Rumpun-rumpun ibadah yang digunakan dalam peribadatan seluruh BOC, BOD dan karyawan Samudera Group bukanlah sekedar uraian dan kumpulan kalimat yang terangkai dengan baik serta Gerakan yang teratur dan pakaian menutup aurat semata. Namun, jauh lebih dalam dari itu, sebagai Holding dari beberapa Spiritual Company, Chairman Samudera Group, KGPH Eko Gunarto Putro dalam perjalanan pemikiran dan pergumulan teologis, terus mengumuli rumusan-rumusan yang digunakan dalam ibadah-ibadah ritual agar dapat diaktualisasikan dalam Dunia Bisnis, Ekonomi dan Keuangan.
Dalam konteks itulah, Manajemen Samudera Group secara berkesinambungan setiap 100 hari mengajak seluruh Jajaran Komisaris dan Direksi serta seluruh karyawan untuk melakukan I’tikaf Transformatif. Sehinga diharapkan seluruh stakeholder Samudera Group dapat menghayati dan menyadari bahwa Ibadah di pagi hari, seperti zikir, tilawah, Shalat Dhuha dan Do’a tidak berhenti dalam ruang dan waktu ibadah ritual itu belaka ‼️ Melainkan ibadah ritual menjadi dasar dan dilanjutkan dalam ruang dan waktu ibadah aktual, yaitu kesaksian hidup sehari-hari dalam bekerja dan Bisnis.
Dengan demikian, bagi Stakeholder Samudera Group terbuka Ruang dan Waktu Ibadah yang Sangat luas. Samudera Group sebagai Holding Spiritual Company mengutus seluruh Jajaran Direksi, Para Manajer dan Karyawan untuk Beramal Shaleh di arena Bisnis, Ekonomi dan Keuangan. Sebagai khalifah Allah di bumi ini, selain tugas utama mereka, yaitu beribadah kepada Allah, ialah untuk memakmurkan bumi, menjaga alam dan isinya. Manusia Allah turunkan ke bumi dengan segala fasilitasnya, dan tentunya bukan buat dipergunakan begitu saja, melainkan untuk dijaga, dilestarikan, dan menggunakan apa yang ada di alam sesuai dengan Petunjuk-Nya.
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya“. (QS. Hud : 61).
Sehubungan dengan hal itulah, seluruh Stakeholder Samudera Group diarahkan untuk melanjutkan hidup beribadahnya di ruang keluarga, di ruang sekolah/kampus, di ruang pekerjaan/usaha, di ruang pergaulan/di tengah masyarakat. Seluruh warga Samudera Group diutus menjadi Mujahidin yang membangun ibadah bukan hanya di dalam ruang dan tembok masjid atau di atas sajadah semata; melainkan lebih dari itu, mereka juga mau membangun ibadah aktualnya dalam rumah besar Indonesia. (az).
Komentar
Posting Komentar