Jakarta, JENIUSLINE.- Bismillah 🙏 Setiap Tahun Majelis Dakwah Al-Hikmah, senantiasa mempunyai MISIDakwah yang berbeda dari tahun sebelumnya. Setiap Awal tahun Hijriah ditetapkan Langkah-langkah STRATEGIS Gerakan MDA ke Dalam. Sedangkan pada Awal Tahun Nasional ditetapkan Misi Dakwah ke Luar. Pada tahun 2020 ini ditetapkan Arah, Gerakan dan Misi Dakwah Al-Hikmah keluar adalah “TRI DHARMA AL-HIKMAH”, yaitu :
- Luruskan Niat;
- Layani Umat;
- Beri Solusi.
Bismillah 🙏 Melalui tulisan ini, kami ingin menyampaikan tentang Tridharma Al-Hikmah itu secara ringkas. Namun, sebelum Anda berkenalan lebih jauh dengan Tri Dharma Al-Hikmah, maka sebaiknya Anda perlu tau dulu definisi dari istilah ini. Kalau kita jabarkan secara bahasa, maka kita bisa mengartikan kata-katanya satu persatu.
Di mana kata “TRI” yang berasal dari bahasa Sansakerta berarti tiga dan “DHARMA” yang juga dari bahasa Sansakerta yang arti dasarnya adalah kewajiban, aturan dan kebenaran. Sedangkan dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia dikenal pula kata DERMA yang berdasarkan kata ini pula. Jadi, kata dharma bisa merujuk beberapa hal.
DHARMA adalah sesuatu yang harus dilaksanakan (dilakoni) sepanjang waktu. Hal itu adalah cara ampuh yang menyelamatkan kita dari bencana dan menyebabkan evolusi. Misalnya, DERMA tidak hanya sarana untuk mencapai kenyamanan dalam dunia metafisik namun juga menunjukkan jalan menuju pengembangan secara keseluruhan dan kesejahteraan. Dharma adalah semangat kemanusiaan. Dharma adalah pemeriksa dan penyidik dari spiritual. Dharma menunjukkan hubungan antara peraturan dan regulator penciptaan.
Jika mengacu pada arti dua kata di awal, maka bisa didefinisikan bahwa Tri Dharma Majelis Dakwah Al-Hikmah adalah tiga kewajiban seluruh Jamaah MDA. Tapi, ini adalah definisi secara bahasa. Nah, jika didefinisikan secara istilah, Tri Dharma MDA merupakan tiga hal yang harus dimiliki atau harus ada di dalam Hati Nurani saat aktivitas kehidupan, dakwah, bisnis dan politik berlangsung.
Dan tiga hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkesinambungan oleh seluruh Ikhwan dan Akhwat Majelis Dakwah Al-Hikmah dalam keseharian mereka. TRIDHARMA AL-HIKMAH adalah satu diantara wujud Pengabdian kita kepada Allah sebagai Khalifah-Nya di Nusantara. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adh-Dhariyat : 56)
Yuk ‼️ Kita LURUSKAN NIAT, “Lillahi Ta’ala”🙏 Niat yang lurus adalah Pangkal Gerak dan Perbuatan. Niat “Lillahi Ta’ala” adalah Kekuatan Ruhani yang Luar Biasa. Kekuatan Niat itu yang memberikan Energy Positifke seluruh GERAK lahir dan batin.
Niat yang lurus dan sungguh-sungguh, Insya Allah membentuk pola pikir yang akan terus bekerja sesuai besarnya keinginan yang telah tertanam dalam hati dan pikiran kita. Dari hati dan pikiran akan memberikan pengaruh yang besar kepada tubuh untuk mulai bergerak bekerja meniti jalan yang telah kita pikirkan atas dorongan niat yang kuat di awalnya. Bukankah kita sudah menyadari bahwa segala apa pun yang kita lakukan adalah berawal dari niat?
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari & Muslim).
Maka, marilah kita Menghadirkan dan Mengikhlaskan Niat dalam seluruh Gerak dan Langkah. Semoga Allah menilainya sebagai Amal Ibadah. Luruskan Niat, Petiklah Kesuksesan. “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabbsemesta alam.” (QS. Al-'An`am : 162).
Selanjutnya marilah kita LAYANI UMAT sesuai pekerjaan dan profesi serta kemampuan kita masing-masing. Seluruh Jamaah MDA hendaknya selalu terdepan dalam memberikan pelayanan terhadap umat. Tidak hanya membantu penerima manfaat dengan program-program pemberdayaan umat, tapi Ikhwan dan Akhwat MDA juga siap memberikan layanan terbaik untuk umat yang ingin mendukung program Pemberdayaan Umat dengan menitipkan dana Zakat, Infak, dan Sedekahnya melalui Baitul Maal MDA.
Persoalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat membutuhkan perhatian berbagai pihak. Terlebih Jamaah Majelis Dakwah Al-Hikmah haruslah pro aktif menjangkau orang terlantar, anak jalanan, dan sebagainya. Tentu saja dalam menangani persoalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat bisa tampak nyata perlu adanya koordinasi dengan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) yang ada di Pemerintah Kota (Pemkot) di seluruh Indonesia dan juga Kementerian terkait . Hal ini tidak dipungkiri dengan adanya kebutuhan masyarakat yang telah tersedia sesuai instansi tersebut.
Fokus Pelayanan Umat MDA tahun 2020 adalah Membela Kaum Tertindas, Menyantuni Yatim dan Dhu’afa serta Memberdayakan Umat yang TERPINGGIRKAN dalam Pembangunan. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. al-Mâidah : 2).
Sehubungan dengan pelaksanaan Tridharma MDA tersebut di atas, maka setiap Ikhwan dan Akhwat Majelis Dakwah Al-Hikmah dibimbing agar Mampu Berpikir Solitif. Sehingga dalam setiap Gerak dan langkahnya, Insya Allah mereka bisa menjadi Problem Solver yang dapat MEMBERI SOLUSI atas berbagai PROBLEMATIKAyang tengah dihadapi masyarakat.
Adapun ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial Majelis Dakwah Al-Hikmah, adalah SurahAl-Ma’un. Surah ini pendek, ayatnya tidak banyak, hanya sekitar tujuh ayat. Tapi maknanya yang menggetarkan hati, tidak sekadar menjadi bacaan di kala shalat fardhu, melainkan juga memberikan inspirasi-inspirasi untuk melahirkan sebuah kesadaran kolektif: kesadaran atas realitas sosial yang timpang.
Al-Maun dibuka dengan sebuah pertanyaan -lebih tepatnya sindiran: Tahukah engkau dengan para pendusta agama? Frase yang digunakan oleh Al-Qur’an terasa sangat menohok: “PENDUSTA AGAMA”.
Kita tentu akan penasaran: “siapakah mereka yang dihardik oleh Al-Qur’an dengan ungkapan pendusta agama itu?”
Ayat kedua dan ketiga memberikan penjelasan. Pertama, orang yang menghardik anak yatim (ayat 2). Kedua, menolak memberi makan orang miskin (ayat 3).
Akhirul Kalam, Islam adalah Way of Life yang sangat menghargai kesetaraan; egaliterisme. Islam menolak stratifikasi sosial-ekonomis; yang berarti meminggirkan orang miskin dan anak yatim dalam sistem sosial yang bertingkat. Anak yatim adalah mereka yang malang; tak mampu mengelak dari takdir bahwa kasih-sayang yang ia terima akan jauh, disebabkan oleh ayah dan ibu mereka yang telah tiada. Atau, tidak memberi porsi perhatian kasih-sayang pada kita.
Marilah kita peluk para Yatim dan Dhu’afa serta Berikan Solusi kepada Umat yang sedang menghadapi berbagai Problematika Kehidupan. Pemuda Millenial Memberi Jalan Keluar, Bukan Hanya Berkoar-koar. Pebisnis Zaman Now memberi Solusi, buka hanya meraup keuntungan diri sendiri. Pemerintah Jokowi harusnya mendidik rakyat untuk Mandiri, bukan hanya sibuk menambah utang ke Luar Negeri. Ulama masa kini mengajak Umat untuk Mendayagunakan Potensi Diri, bukan hanya sibuk ceramah kesana kemari. (az).
Komentar
Posting Komentar