Jakarta, JENIUSLINE.- Hal terberat dan butuh kesabaran yang super dalam membenahi dan mengembangkan suatu Perusahaan yang ingin Go Public adalah bagaimana memadukan kepiawaian dan pengalaman para praktisi Bisnis di Perusahaan tersebut dengan Ilmu dan Teori Bisnis yang Ilmiah Akademis, sehingga dapat membangun sebuah Sistem yang Holistik dan Aplikatif dalam menyikapi dunia bisnis yang semakin kompetitif.
Demikian disampaikan oleh Director Corporate Business Development Samudera Group, Rahma Juwita Zamri, S.Si kepada wartawan seputar Peluang UKM untuk Go Public. “Bagaimana tidak rumit jika diantara para Anggota Dewan Direksi saja terkadang tidak paham Tupoksinya masing-masing. Jadi, harus kita maklumi, jika mereka belum bisa memposisikan dirinya berada di mana dan sebagai apa,” tambah Rahma Juwita.
Menurut Rahma Juwita, para praktisi lapangan mungkin handal di bidangnya masing-masing. Akan tetapo mereka akan mudah dilumpuhkan oleh saingan Bisnisnya yang bekerja dengan Sistem yang Unggul. Namun demikian, kata Rahma, seberat dan serumit apa pun masalahnya, selama kita sabar dan telaten dalam memberikan bimbingan, tentu akan ada Perubahan yang Signifikan.
“Karena itulah dalam mengembangkan sebuah perusahaan ‘being smart is not enough — the social skills and structures of tackling complexity’. Disinilah pentingnya menerapkan Tri Dharma Alhikmah. Jadi, kita harus meluruskan Niat, melayani Umat dan Berilah Solusi. Maka, kita harus mampu menerapkan soft skills dan Kecerdasan Spiritualit yang aplikatif dalam menyikapi perbedaan sikap dan pendapat dalam Manajemen,” paparnya.
Sebagai contoh Director Corporate Business Development Samudera Group itu mengungkapkan, mungkin belum banyak Direksi maupun Komisaris Perusahaan Swasta di Indonesia yang memahami dan menyadari pentingnya Manajemen Risiko dalam Bisnis mereka.
“Padahal manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance (GCG). Pengelolaan risiko yang dilakukan dengan tepat dan optimal akan meningkatkan kepastian Perusahaan dalam mencapai sasaran, serta memberikan keyakinan bahwa Perusahaan dapat merealisasikan peluang bisnis yang ada dengan meminimalisir potensi risiko dan kerugian yang mungkin terjadi,” kata Rahma menjelaskan.
Oleh karena itu, kata Rahma, seharusnya manajemen memiliki komitmen untuk menerapkan Manajemen Risiko (MR) secara berkesinambungan di seluruh proses pengelolaan Perusahaan dan Proyek yang akan dan sedang dijalankan Perusahaan. Dikatakannya, Manajemen harus berupaya untuk membangun lingkungan internal yang dapat mendukung terciptanya budaya risiko (risk culture) guna tercapainya tujuan Perusahaan serta peningkatan nilai tambah bagi pemangku kepentingan (Stakeholders).
“Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan merupakan dasar bagi penyusunan pedoman/prosedur serta pengambilan keputusan yang terkait dengan pengelolaan risiko Perusahaan. Pengelolaan risiko Perusahaan didasarkan pada proses bisnis yang terdiri proses inti dan proses penunjang,” kata Rahma.
Dengan demikian, menurut Director Corporate Business Development Samudera Group, Rahma Juwita Zamri, S.Si, Kesadaran dan Peran Board Member dalam pelaksanaan manajemen risiko di suatu perusahaan sangatlah penting. Ada tidaknya penyampaian pesan tentang manajemen risiko oleh Board Member (Board of Director dan Board of Commissioner) kepada seluruh jajaran perusahaan memberikan tanda sejauh mana pentingnya manajemen risiko bagi perusahaan tersebut.
“Apabila Board Member tidak menyampaikan pesan apa-apa mengenai manajemen risiko, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut menganggap manajemen risiko itu tidak penting. Namun apabila Board Member suatu perusahaan tidak pernah bosan mengulang dan terus menegaskan kembali pentingnya manajemen risiko, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut menganggap bahwa manajemen risiko itu penting,” tegasnya.
Rahma Juwita mengingatkan, peranan penting mereka (Board Member) adalah dalam memastikan terwujudnya manajemen risiko pada program-program strategis perusahaan yang dilaksanakan oleh unit-unit yang mengelola manajemen risiko. Tapi pesan saja tidak cukup; kata Rahma, perlu ada dukungan financial yang cukup, dan pemberian wewenang yang cukup kepada seluruh jajaran perusahaan agar bisa berperan secara menyeluruh dalam manajemen risiko di setiap proses bisnis perusahaan.
“Tanpa ada campur tangan Board Member, maka manajemen risiko hanya sekedar wacana saja. Maka dari itu sangat penting penegasan dan pengulangan pesan secara terus menerus mengenai pentingnya manajemen risiko oleh Board Member,” pungkas Director Corporate Business Development Samudera Group, Rahma Juwita Zamri, S.Si. (az).
Komentar
Posting Komentar