Jakarta,JENIUSLINE.- Miris, memasuki tahun 2020, posisi utang pemerintah Indonesia makin membengkak. Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada November 2019 mencapai US$401,4 miliar dolar AS atau setara Rp5.619,6 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Tentu saja sebagai rakyat jelata kita risau, pasalnya banyak pihak menilai 5 Tahun Utang Pemerintahan Jokowi Berisiko Tinggi & Tidak Produktif. Bagaimana tidak, utang pemerintah per Agustus 2019 saja sudah Rp.4.680,19 triliun atau naik hampir dua kali lipat dari posisi 2014 sebesar Rp2.609 triliun.
Demikian diungkapkan oleh Direktur Utama PT. Servindo Gardatama, Masrul Chaniago, S.Sos menjawab pertanyaan wartawan seputar "Utang Luar Negeri RI Semakin Membengkak, Berbahayakah?" di kantornya, Pejaten Office Park, Jakarta Selatan. "Padahal selama pemerintah RI terjerat utang, maka selama itu pulalah kita menghadapi tidak saja jebakan hutang (debt-trap) tetapi juga jebakan budaya ( culture-trap)," imbuhnya.
Menurut Masrul, semakin membengkaknya utang luar negeri ini tentu sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, situasi perekonomian global pun sedang tak menentu. Banyak negara terkena imbas yang membuat perekonomian anjlok. Maka dengan sendirinya akan terjadi perlambatan ekonomi. "Maka, Solusi terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi Gejolak Perekonomian Global adalah dengan membangun Kemandirian Ekonomi Rakyat," paparnya.
Masrul mengingatkan untuk menjawab berbagai tantangan perekonomian global yang dinamis, Pemerintah Indonesia berfokus untuk melakukan berbagai langkah strategis. Yaitu deregulasi, inklusi finansial melalui Kredit Usaha Rakyat, dan peningkatan kualitas SDM nasional melalui pelatihan vokasi. "Berbagai upaya tersebut di atas juga merupakan langkah untuk mewujudkan Indonesia yang berdikari dan mandiri di sektor perekonomian. Sehinggga akhirnya bisa lepas dari Jeratan utang Kapitalis Amerika dan Cina Komunis," kata Dirut Servindo Gardatama itu.
Seiring dengan itu, kata pengusaha yang bergerak di bidang Manpower Supply, Security and Safety Equipment itu, maka Pola Pikir kemandirian ekonomi juga harus konsisten dibangun untuk generasi mendatang. "Sikap masabodoh, pasrah, materialistis, hedonis hingga tak berdaya menghadapi hegemoni asing adalah cermin jebakan budaya (culture trap) dari kian terbuainya kita dengan slogan globalisasi dan liberalisasi serta jejak-jejak ekonomi politik kolonial," tandasnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Masrul menjelaskan bahwa pihaknya telah mengajukan usul kepada Chairman Samudera Group, sebagai Induk Spiritual Company mereka agar memberikan sebagian dana Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memelopori pendirian Pesantren Alam Minangkabau.
Insya Allah, melalui Pesantren Alam Minangkabau ini, kata Masrul, kita ingin Menumbuhkan Wirausahawan Muda Indonesia dengan Pendidikan Wirausaha Terintegratif berbasiskan Manajemen Ilahiyah yang dikolaborasikan dengan Nilai-nilai Spiritual Budaya Minangkabau.
"Pesantren Alam artinya, para santri harus berinteraksi secara positif dan kreatif dengan alam dan masyarakat di sekitarnya. Pasalnya, untuk mencetak wirausahawaan muda yang sukses, perlu mulai diterapkan strategi yang komprehensif yang mengikat dengan pendidikan, pengalaman terjun langsung dan dukungan masyarakat. Maka, cara yang efektif untuk menumbuhkan pengusaha muda adalah dengan melibatkan peran pendidikan, masyarakat, orang dewasa serta komunitas wirausahawan dalam strategi keterlibatan ini," pungkas Masrul. (az).


Komentar
Posting Komentar