YUK...‼️👍 KITA MENGEDEPANKAN SPIRITUALITAS DALAM KEHIDUPAN DAN BISNIS🤝❤️🇮🇩
Jakarta, JENIUSLINE. Spiritual sebagai sumber kekuatan hidup dan mempunyai status kesucian, karena itu Spiritual tidak bisa dipisahkan dari Islam. Namun sayangnya, banyak orang kerapkali beragama tapi minus spiritualitas. Padahal esensi beragama adalah spiritualitas. Inti spiritualitas adalah bagaimana manusia bisa manunggal dalam Qudrat dan Iradat Allah.
Jadi, landasan kecerdasan spiritual adalah kesadaran akan kehadiran Allah. Dalam setiap situasi, dia merasa selalu dilihat Allah dan merasakan kebersatuan dirinya dengan Qudrat dan Iradat Allah. Kondisi inilah yang disebut oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak dengan istilah "Muraqabah."
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”. (QS. al-Baqarah: 115)
Kesadaran Spiritual (Consciousness) yang tinggi yang senantiasa menghadirkan Allah di dalam dirinya akan menekan berbagai gejolak nafsu yang negatif. Sehinggga dirinya terjaga dari perilaku-perilaku tidak baik.
Sementara itu, orang yang memiliki kehidupan spiritual, tetapi tidak memiliki agama, besar kemungkinan akan menderita kesehatan mental yang buruk. Mereka akan menjadi rentan terhadap gangguan mental, ketergantungan pada obat-obatan, kecemasan, fobia dan frustrasi
Karena itulah, Islam sesungguhnya sangat perhatian terhadap tradisi spiritualitas dan moralitas. Dalam kenyataannya Islam memiliki tradisi spiritualitas yang kaya dan amat berharga yang sudah berjalan selama rentang waktu lebih dari 14 abad. Sayangnya, belakangan ini banyak orang-orang muslim yang tidak begitu memahami dan mengetahui pentingnya Spiritualitas dalam Islam.
Maka, banyaklah orang yang
ibadahnya telah terperangkap dalam ritual semata karena kehilangan nilai spritualnya. Situasi inilah yang sedang terjadi dipanggung kehidupan umat Islam di Nusantara hari ini. Ironis‼️ Tapi itulah kenyataannya. Dan lebih miris lagi karena para penceramah dan tokoh Islam, bahkan mereka yang dikenal sebagai Ulama juga ada didalamnya. Sangatlah disayangkan, Mereka telah kehilangan makna ibadah yang sejati.
Padahal Kritik Nabi Muhammad SAW terhadap ritual tanpa spritual sangat keras. “Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” [HR Muslim].
Penilaian Allah tertuju pada hal-hal yang lebih dalam dari sekadar yang tampak dari tubuh dan yang terkesan mewah di mata kebanyakan manusia. Bukan kesempurnaan fisik maupun kekayaan harta benda, tetapi pada kualitas hati dan mutu perbuatan hambanya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, marilah kita perdalam pehamahan Islam dan ibadah kita, dari Sekadar Membaca yang Tersurat, kepada memahami yang Tersirat, dari sekedar membaguskan amalan Lahiriah kepada pemaknaan Batiniah. Dari sekadar Ritual kepada pendalaman Spiritual.
Mari kita menyelami dunia spiritual, dimana beragama tidak melulu diukur dengan penanda simboliknya yang bersifat lahiriah, tapi harus masuk menyeruak isi atau substansi. Beragama seperti ini membutuhkan pergulatan luar biasa, karena harus melepas ke-ego-an dan pada saat bersamaan menyusupkan sikap ketawadlu’an.
Ya, beragama juga butuh sikap tawadlu (rendah hati). Tanpa-Nya kita bukan “apa-apa” dan bukan “siapa-siapa”. Maka, marilah kita berserah diri kepada-Nya. Mari kita manunggal dalam Qudrat dan Iradat Allah dalam setiap Gerak dan langkah kita. Mari kita mengedepankan Spiritualitas dalam Kehidupan dan Bisnis.(az).
Komentar
Posting Komentar