Jakarta, JENIUSLINE,- Pengalaman Menjadi Direktur Safety Corporation and Risk Analysis di PT. Mutiara Samudera Biru, selama 18 tahun mengajarkan kepada saya, terjun dalam dunia bisnis merupakan sebuah pilihan yang penuh dengan konsekuensi dan risiko. Pasalnya dalam arena bisnis selalu ada tantangan, peluang, risiko, keuntungan, juga masalah. Masalah bisnis bisa berupa masalah financial, masalah sumberdaya manusia, masalah persaingan, masalah marketing, masalah penjualan dan sebagainya.
Cara menghadapi masalah dalam bisnis pun harus penuh perhitungan, pemahaman mendalam juga analisa yang tepat terkait segala kemungkinan, peluang, hambatan tantangan dan konsekuensi. Oleh karena itu seorang pebisnis harus memiliki kemampuan dan kekuatan diri agar mampu eksis dalam bisnisnya. Meski begitu masalah dalam bisnis akan selalu ada dan akan datang silih berganti.
Pebisnis yang unggul tentu memiliki cara menghadapi masalah dalam bisnis yang strategis. Untuk mendapatkan cara yang tepat dalam menghadapi dan mengatasi masalah bisnis perlu pengetahuan, pengalaman, perjuangan dan usaha.
Agar masalah dalam bisnis cepat teratasi dan tidak menimbulkan masalah lainnya maka, Anda harus segera menemukan solusi. Solusi dan cara mengatasi masalah dalam bisnis yang tepat sehingga masalah cepat teratasi.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai Direktur Safety Corporation and Risk Analysis di PT. Mutiara Samudera Biru, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menerima kesulitan itu dengan Ikhlas sebagai Surat Cinta dari Allah. Karena itu, dalam menjalani kehidupan sejatinya tidaklah perlu keluh kesah, sedih dan kecewa ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Keinginan yang tidak terpenuhi bisa jadi menunjukkan bahwa apa yang kita inginkan itu jelek buat kita.
Sebagai orang yang memiliki keyakinan penuh (haqqul yaqin) terhadapa Allah yang mengetahui dan mengatur berjalannya semesta maka sepatutanyalah kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah baik lahir maupun batin.
Hal ini telah difirmankan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 112 yang berbunyi sebaga berikut:
“(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-Nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ”.
Ayat ini menunjukkan bentuk kepasrahan diri yang sebenarnya yaitu; menyerahkan sepenuhnya hasil amal/perbuatan kepada Allah dan tetap berbuat baik. Ayat ini menegasakan bahwa yang dimaksud berserah diri bukanlah duduk diam dan bermalas-malasan tapi tetap harus dengan usaha yang sebaik-baiknya dan dalam usaha dan hasilnya kita serahkan pengaturannya kepada Allah. Dengan menyerahkan semua pengaturan hidup kita kepada Allah berrati kita sudah memposisikan diri sebagai hamba yang tunduk dan patuh serta ridha terhadap segala keputusan-Nya sebagaimana tujuan awal kita diciptakan.
Menurut saya, inilah yang patut dipahami setiap insan beriman, terutama para Pebisnis Muslim, bahwa cobaankadang dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.
SABAR, PASRAH serta IKHLAS ataupun TAWAKAL, adalah sebuah kondisi yang bisa didapatkan manakala jiwa kita bisa tenang, jika jiwa kita tenang maka pikiranpun akian bisa diatur dengan baik, asumsi pikiran, baik itu asumsi negatif ataupun positif akan bisa dikondisikan. Hal-hal inilah yang menyebabkan kita bisa mengambil sikap pasrah serta ikhlas menerima apapun kondisi yang terjadi dan kemudian melakukan introspeksi diri dan selanjutnya berusaha kembali dengan lebih baik.
Jadi, Usaha apapun yang kita lakukan perlu dibarengi sikap tawakal, pasrah dengan kehendak (Iradat) Sang Pencipta serta Yakin sepenuhnya dengan Kuasa (Qudrat) Allah dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi. (az).
Komentar
Posting Komentar