Jakarta, JENIUSLINE.- Umumnya para Klien yang datang konsultasi ke Spiritual Business Consultant MENGELUH karena mereka merasa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk KELUAR dari KEMELUT keuangan, namun belum juga membuahkan hasil. Bahkan, ada yang mengatakan, "Saya sudah 99% berikhtiar, namun tinggal satu persen Rahmat Allah, tetap GAGAL TOTAL. Mengapa ⁉🤭
Saudaraku ❤ Problem terbesar umat Islam hari ini, terutama di kalangan pebisnis adalah KESALAHAN mereka dalam menempatkan posisi Allah saat berbisnis. Pada umumnya mereka menempatkan Allah sebagai "PELENGKAP" dari Ikhtiar, Usaha atau BISNIS yang sedang mereka geluti. Hal tersebut, entah DISADARI atau tidak tergambar dalam ucapan mereka, "Saya sudah berusaha maksimal sampai 99%, tinggal satu persen Rahmat Allah. Namun masih belum berhasil."
Padahal, seharusnya manusia, terutama para Pebisnis Muslim harus bersikap dan menempatkan dirinya sebagai Manajer (khalifah) Allah. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai wakil Allah manusia juga diberi otoritas keilahiyan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan,
Jadi, sebagai khalifah Allah SWT, manusia ditugaskan sebagai manajer sistem tunggal bumi, yang tunduk dan patuh kepada Pengatur dan Pencipta sistem tersebut.
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Jaatsiyah 13)
Jika, Manusia mampu menjalankan fungsi manajerialnya sebagaimana telah digariskan Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah serta diperagakan oleh Rasulullah SAW, juga para Guru Mursyid kita dalam kehidupan sehari-hari Beliau, tentu kita semua akan SUKSES dalam BERBISNIS.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isra : 26-27).
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah membelanjkan sesuatu pada jalan yang keliru.”
Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”
Jadi, seorang pengusaha dalam seluruh aktifitas bisnisnya dituntut untuk melakukan efisiensi produksi. Dengan demikian dia akan menggunakan organisasi usahanya yang melibatkan subsistem bidang untuk bersinergi memekanisasi kelancaran usahanya.
Seorang pengusaha anak bangsa Indonesia level Internasional dan cabang perusahaannya yang ada di Singapura misalnya, tentu akan dia kendalikan serta memonitoring aktifitas bisnisnya dari Pejaten Office Park hanya dengan menggunakan jaringan on-line terkoneksi dengan pimpinan cabang yang ada di Singapura.
Dia akan bisa mengetahui berapa omzet hari ini, menit ini, jam ini, bagaimana kinerja para karyawannya secara rinci atas semua penjualan produknya di Singapura atau di kota-kota lainnya.
Nah, menurut anda, kira-kira kalau Allah Swt. Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia serta menciptakan jagat raya ini beserta ragam multi isinya, apakah lebih rendah atau lebih jauh sangat tinggi kecanggihannya dari pola tindak seperti pengusaha diatas ?
Apakah peralatan milik Allah SWT untuk memonitorng seluruh peristiwa dijagad raya secara rinci dan akurat lebih rendah kecanggihannya dengan yang pernah dibuat oleh manusia akhir-akhir ini ? Disinilah kita harus meyakini dan mengatakan bahwa Allah SWT itu adalah zat Yang Maha Manajer, Maha Menejemen, zat Yang Maha Pengatur, zat Yang Maha Memiliki.
Jadi, bagi siapa saja yang ingin sukses, maka jadilah manajer Allah. Kelola Bisnis Anda dengan sistem Manajemen Ilahiyah (Divine Management). Sehingga Anda cukup berikhtiar 1% saja, dan serahkan pada Karunia Allah untuk menyelesaikan yang 99 persen.
Akhirul Kalam, RIZKI berhubungan dengan takaran Allah (TAQDIR) dan keyakinan dalam berdo'a. Sedangkan BISNIS berhubungan dengan harga diri sebagai manusia. Menjadi sebuah kemuliaan jika diniatkan untuk alat lebih mendekat pada Allah, dan sarana menempatkan tangan kita agar berada di atas .
Pemahaman yang benar terhadap konsep rizki dan bisnis ini akan membuat hidup kita tenang, damai , tentram, bahagia dan sejahtera. (az).
Komentar
Posting Komentar